Di suatu pagi yang cerah, aku duduk santai di teras belakang sambil menyeruput kopi hangat, baru saja kubuat sambil melihat langit cerah dengan hangatnya menyinari halaman belakangku, yang ternyata telah bertaburan daun-daun kering, jatuh dari pohon belimbing, pohon satu-satunya yang selalu memberiku kerjaan tiap pagi untuk meyapunya.
Mataku tertuju pada seikat sapu lidi, bersandar santai ke tembok yang hanya berlapis semen, ditempelkan secara asal tanpa corak. Pikiranku melayang layang, apa jadinya jika lidi-lidi itu terpisah tentunya akan berantakan, sebatang lidi tentu masih berguna tapi apalah artinya bila dipergunakan untuk menyapu halaman yang kotor, hanya dengan sebatang lidi pekerjaan ini akan memakan waktu yang lama, tapi dengan beberapa lidi yang di kumpulkan dan diikat yang erat untuk dijadikan satu akan menjadikan satu kekuatan untuk dipergunakan dan lebih bermanfaat lagi, halaman yang berserakan daun-daun kering dapat tersapu dengan baik dan bersih kembali hanya dengan seikat lidi.
Sambil menyapu halaman belakang, seikat lidi masih memenuhi pikiranku, ada makna yang tersirat juga dari seikat lidi, menginspirasiku yang sedang merintis usaha berskala kecil, memecutku semangatku untuk bangkit dan tidak gampang berputus asa, dengan kerja keras dan doa, in sya Allah, cita cita mempunyai usaha yang maju akan terlaksana walaupun rintangan itu banyak, akan tersapu dengan bersih jika bersatu.
Akhirnya bersih juga halamanku, tersadar setelah pikiranku yang melayang-layang kembali ke ruang kesadaranku, dengan tersenyum puas kerjaan membersihkan halaman terselesaikan, kukembalikan ketempat semula seikat lidi untuk bersender ketembok dan beristirahat setelah melakukan tugasnya. Kulanjutkan kembali waktu santaiku menyeruput kopi yang telah dingin, sambil kembali otakku mencari-cari ide untuk memajukan usahaku.